Jumat, 19 April 2013

Food, Energy & Water Dari Kurma…

Sejak kami menggali potensi kurma untuk solusi pangan dan pencegahan kelaparan dunia beberapa bulan lalu, begitu banyak sumber yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya – hingga tidak akan cukup bila saya tulis semuanya di sini. Maka beberapa poin yang penting untuk diketahui masyarakat umum akan saya tulis lebih dahulu. Setelah tulisan sebelumnya tentang Menjadikan PetunjukNya Sebagai Panglima , tulisan kali ini adalah tentang bagaimana kurma bisa memberi solusi bukan hanya terhadap masalah pangan tetapi solusi pada tiga kebutuhan pokok bagi manusia sekaligus yaitu Food, Energy & Water (FEW).

Bahwasanya kurma bisa memberikan solusi pangan (Food) itu sudah sangat jelas, kandungan gizinya dlsb. yang bersifat detail akan saya tulis pada waktunya. Tetapi sebagai gambaran umum dari sisi nilai ekonomi, kemampuan kurma dalam memberikan solusi pangan ini relatif terhadap bahan pangan pokok lainnya dapat dilihat secara langsung dari perbandingan hasil per luasan lahan di samping. Tabel tersebut adalah data yang dikumpulkan oleh team kurma kami Bapak Agus S Djamil. Jelas di sini bahwa kurma adalah produk pangan yang paling efisien di muka bumi.

Yang tidak bisa dibandingkan secara langsung sangat banyak. Misalnya dari sisi penghematan energi. Ketika makanan kita berasal dari beras, gandum dlsb. diperlukan begitu banyak energi mulai dari penanganan pasca panennya sampai pengolahannya di tingkat rumah tangga.

Dari tahun ketahun siapapun yang memimpin negeri ini pusing tujuh keliling memikirkan subsidi energi untuk rumah tangga. Apakah itu minyak tanah dahulu ataupun gas LPG 3 kg-an kini. Untuk apa ini semua ?, agar ibu-ibu bisa memasak makanannya sehari rata-rata tiga kali.

Bayangkan kalau sebagian saja dari makanan kita itu digantikan dengan kurma ? penurunan konsumsi energi rumah tangga akan sangat besar bagi negeri ini. Penurunan subsidi ini kemudian bisa dipakai untuk kegiatan lainnya yang tidak kalah pentingnya seperti memberikan layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat, peningkatan kwalitas SDM dlsb.

Kontribusi kurma dari sisi energi bukan hanya pada penghematannya saja, tetapi juga pada supply-nya. Sumber energi dari pohon yang diindikasikan di dua ayat (QS 36 :80 dan  QS 56 : 71-72) itu sejalan dengan ilmu pengetahuan modern yang menyimpulkan energi (bio ethanol misalnya) bisa dihasilkan dari tanaman apapun yang mengandung salah satu dari tiga unsur yaitu serat, pati atau gula. Pohon kurma dapat menghasilkan ketiganya sekaligus !

Yang kemudian juga tidak kalah menariknya adalah kontribusi tanaman kurma dalam penghematan dan konservasi air baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Perhatikan apa yang kita makan sehari-hari, dari memasak nasi, membuat roti, sayur lodeh, rendang dlsb. betapa banyak air yang harus kita gunakan untuk memproduksi makanan kita.  Lagi-lagi kebutuhan air untuk memproses makanan ini menjadi tidak lagi perlu manakala kita menggunakan kurma sebagai bagian utama dari makanan kita.

Ketika masih ditanam-pun kurma menjadi tanaman yang sangat efisien untuk mempertahankan air tanah. Bahkan ada petunjuk kuat bahwa tanaman kurma yang pada umumnya berumur sangat panjang itu – bisa ratusan tahun, dapat menghadirkan mata air tersendiri di tempat tumbuhnya .

Pada umumnya ayat-ayat di Al-Qur’an yang bercerita tentang air yang turun dari langit kemudian tanaman tumbuh dari padanya, demikian pula tentang kurma. Tetapi setidaknya ada dua ayat yang menyebutkan sebaliknya, yaitu air didatangkan atau dipancarkan setelah ada pohon kurma.

Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air” (QS 36 :34)

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS 19 : 23-24)

Dengan dua ayat tersebut di atas, pemahaman kita tentang oasis – mata air di pada pasir akan bisa berbeda. Pada umumnya orang beranggapan bahwa karena ada oasis kemudian kurma tumbuh di sekitarnya. Padahal bisa juga sebaliknya, karena ada sekumpulan pohon kurma yang hidup di suatu daerah dalam jangka panjang, mata air-pun kemudian muncul di tempat tersebut.

Artinya dengan tanaman pohon kurma yang nantinya insyaAllah kita tebarkan di Jakarta misalnya, khususnya di pantai utara Jakarta, bukan hanya Jakarta tidak jadi tenggelam karena keberadaan kurma akan menahan instrusi air laut - tetapi ketersediaan air tawar bersih bagi masyarakat Jakarta di generasi anak cucu kita – bisa jadi akan tertolong dengan banyaknya pohon-pohon kurma ini. Bandingkan ini misalnya dengan biaya yang sangat besar bila pemerintah DKI harus membuat dan merawat dam-dam penampungan air dalam jangka panjang.

Yang masih mengganjal di kita barangkali adalah keyakinan bahwa apakah benar kurma akan tumbuh dan berbuah di negeri ini ? untuk menjawab keraguan inilah melalui tulisan kami sebelumnya tersebut di atas – kita undang sukarelawan yang mau melakukan percobaan bersama kami untuk jangka yang panjang.

Upaya-upaya ini memang akan melelahkan dan merupakan perjalanan yang panjang, namun bayangkan reward-nya bagi masyarakat anak cucu kita puluhan atau bahkan ratusan tahun kedepan. Tiga kebutuhan pokok mereka - yang menjadi alasan perang bangsa-bangsa modern sampai jaman kita ini - yaitu Food, Energy and Water (FEW) dapat diatasi antara lain melalui kontribusi pohon kurma ini.

Ilmu kita belum cukup dan bahkan tidak akan pernah cukup, maka kita serahkan kepadaNya Yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa untuk menuntun kita pada jalan dan petunjukNya. Agar kurma-kurma yang kita tanam berbuah dan mendatangkan keberkahan, agar bumi mengeluarkan rezeki yang masih tersimpan di dalamnya dan agar langit menurunkan rezeki yang masih tertahan di atasnya.



Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (14:25)

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (57:4)

Senin, 15 April 2013

‘Wag The Dog’ Harga Emas…

Ada Joke yang dimulai dengan pertanyaan : ‘mengapa anjing suka mengibaskan ekornya ?’, jawabannya adalah ‘karena anjing lebih cerdas dari ekornya’. Kalau saja si ekor lebih cerdas dari anjingnya maka bisa jadi si ekorlah yang mengibaskan anjing – bukan sebaliknya. Perandaian ini yang kemudian dalam bahasa Inggris memunculkan idiom ‘Wag the Dog’ – si ekor yang mengibaskan anjingnya. Fenomena penurunan harga sangat tajam yang terjadi di pasar emas global dalam beberapa hari terakhir adalah fenomena yang mirip dengan ‘Wag the Dog’ ini

Dalam bahasa Inggris idiom ‘Wag the Dog’ adalah untuk menggambarkan pengelabuan perhatian secara sengaja dari sesuatu yang besar dan nyata kearah sesuatu yang direkayasa dan tidak nyata.

Idiom tersebut bahkan diangkat menjadi sebuah film komedi terkenal di tahun 1997 dengan judul ‘Wag the Dog’. Film ini tentu saja fiksi tetapi nampaknya terinspirasi oleh beberapa kejadian sesungguhnya di Amerika dalam suatu era pemerintahan beberapa tahun sebelumnya. Diceritakan disitu bahwa bagaimana seorang incumbent president yang sedang akan mencalonkan kembali untuk periode kedua kalinya, melakukan segala cara untuk sekedar memperbaiki namanya yang telah rusak oleh skandal perempuan.

Agar perhatian publik beralih dari skandal yang dialaminya, sang presiden menunjuk team khusus untuk membuat serangkaian berita yang dapat mengalihkan perhatian publik. Lebih dari itu berita ini harus bisa membalik arah membuat sang incumbent president menjadi pahlawan bagi negerinya.

Maka team khusus tersebut mendekati seorang produser di Hollywood untuk memalsukan sebuah perang. Dipilihlah negeri kecil yang jauh antah berantah sebagai musuhnya – yaitu Albania. Dibuatlah alasan perang dadakan ini bahwa Albania seolah menjadi sarang teroris sehingga perlu diserang secara tiba-tiba.

Tetapi perang, kejadiannya, tokoh-tokoh-nya semua rekaan Hollywood dan dibuat di dalam sebuah studio film. Ketika film ‘berita perang’ ini kemudian didistribusikan di media masa, semua media memuatnya lengkap dengan berbagai bumbu-bumbu seolah kejadian perang tersebut bener-bener nyata,  dan publik-pun mempercayainya.

Message-nya adalah, bahkan ‘sebuah perang’ bisa dibuat dalam studio dan cukup untuk membalik arah dari tokoh yang sebenarnya tidak lagi layak pilih karena kelakuannya, tiba-tiba berubah menjadi pahlawan nasional yang layak untuk memimpin negeri. Sebuah cerita reka-an yang mampu menggerakkan publik utuk memilih presiden – yang sesungguhnya sudah tidak lagi layak memimpin.

Lantas apa kaitannya cerita ‘Wag the Dog’ tersebut dengan runyamnya harga emas beberapa hari terakhir ?. Coba seandainya Anda merem dan menutup telinga. Tidak melihat/membaca berita dan tidak pula mendengarnya melalui radio. Kemudian di hadapan Anda disajikan fakta yang sesungguhnya yaitu sebongkah emas fisik dan segepok uang kertas Dollar. Mana yang Anda pilih ?, hampir pasti kebanyakan orang akan memilih emas.

Tetapi sekarang buka mata dan telinga Anda, baca seluruh berita dan analisa. Kemudian disajikan kembali kepada Anda sebongkah emas fisik dan segepok uang kertas Dollar. Maka untuk saat ini mungkin pilihan Anda akan berubah, Dollar akan mengkin menjadi pilihan Anda saat ini. Mengapa ?

Karena somewhere di luar sana ada yang lagi membuat ‘film perang di dalam studio’ – ada yang lagi membuat ‘Wag the Dog’. Segelintir pemain yang membuat skenario kejatuhan harga emas dunia untuk kepentingan mereka – menutupi kondisi ekonomi dan moneter dunia yang sesungguhnya. Dan sayangnya ketika ‘film dari studio’ ini diputar – seluruh pasar mempercayainya – sehingga harga emas bener-bener jatuh !.

‘Film dari studio’ ini bercerita tentang dihentikannya Quantitative Easing dari the Fed-nya Amerika, tentang Cyprus yang harus menjual cadangan emas negerinya untuk bisa sekedar survive dari keterpurukannya, negeri-negeri lain yang seolah akan harus mengikuti jejak Cyprus untuk menjual cadangan emasnya dlsb.dlsb. semua ceritanya lengkap dan cukup untuk ‘Wag the Dog’ seluruh pasar emas dunia.

Tetapi apakah semua pemain pasar akan termakan propaganda tersebut ? Nampaknya tidak. Pemain sekaliber HSBC misalnya, di tengah kepanikan jual di pasar emas kemarin merilis pernyataan tentang posisinya bahwa emas tetap menjadi portfolio yang menarik untuk diversifikasi aset dan pelindung terhadap skenario inflasi tertentu.Terlepas dari jatuhnya harga emas ini, kami tidak akan meniadakan pentingnya emas dalam portfolio aset keseluruhan kami. Kami tetap mempertahankan 8 % posisi emas taktis di dalam alokasi aset kami” kata mereka di HSBC.

HSBC rupanya tidak ikut terkibaskan oleh skenario ‘Wag the Dog’-nya segelintir pemain yang ‘mengatur’ kejatuhan harga emas dunia ini. Dengan pandangan jernih pula, insyaAllah kita tidak akan  ikut 'terkibaskan' oleh skenario yang sama  - kita tahu siapa yang sesungguhnya layak memimpin dunia dalam jangka panjang - emaskah ? atau Dollar ?.

Selasa, 09 April 2013

Peluang Pangan Dari Yang Merambat…

Seiring dengan berlipatnya penghuni bumi, lahan-lahan pertanian produktif tergerus habis oleh pembangunan  perumahan, infrastruktur dan pabrik-pabrik. Lantas bagaimana penduduk bumi yang terus bertambah banyak bisa disuply makanannya dari lahan yang semakin sempit ?. Ilmuwan modern kemudian mulai berfikir dengan apa yang disebut vertical farming, konon ini bisa menghemat lahan. Tetapi vertical farming memiliki permasalahannya sendiri !

Energi yang dibutuhkan menjadi jauh lebih banyak untuk mengairi tanaman-tanaman yang di atas tanah, perlu biaya besar untuk menyediakan ruangan yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman-tanaman dlsb. Karena itulah vertical farming yang sudah hampir seabad dicetuskan idenya oleh Gilbert Ellis Bailey (1915), hingga kini belum menjadi solusi atas kebutuhan pangan penduduk dunia.

Vertical farming sebetulnya memang bisa menjadi solusi, tetapi bayangan saya bukan vertical farming yang digagas oleh para ilmuwan. Ada vertical farming dalam bentuk lain, yaitu yang berdasarkan petunjukNya. Coba perhatikan ayat berikut :

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 6 : 141)

Hutan Gembili - Jonggol Farm
Vertical farming dalam bentuknya yang paling alami adalah tanaman-tanaman yang merambat. Dia bisa sangat efisien dalam penggunaan lahan karena dengan lahan yang terbatas dia bisa merambat terus ke atas untuk menyebarkan daunnya dalam menggapai sinar matahari untuk aktifitas fotosintesa. Lihat bagaimana tanaman gembili (Dioscorea esculanta) yang kami tanam di Jonggol – menggunakan tanaman lain untuk numpang jalur ke atas untuk bisa memperoleh sinar matahari secara cukup. Karena efisiensi dalam pemerolehan sinar matahari ini, tanaman merambat seperti gembili bisa tumbuh baik di celah-celah pepohonan lain yang sudah rindang sekalipun.

Selain gembili ada tanaman tradisional kita lainnya yang lebih hebat lagi, karena rambatan keatasnya bukan hanya untuk menebarkan daun untuk menggapai sinar matahari – tetapi sambil merambat ke atas menggapai sinar matahari dia juga menebarkan buahnya.

Contoh tanaman seperti ini di Jawa antara lain adalah apa yang disebut Koro Pedang. Yang merambat adalah dari spesies Canavalia gladiata, sedang yang tidak merambat dari spesies Canavalia ensiformis. Yang terakhir ini mulai banyak dibudi dayakan lagi di beberapa daerah di Jawa dan juga Sulawesi.

Koro Pedang _ Potensi Pengganti Kedelai
Koro Pedang sebenarnya sangat berpotensi menggantikan kedelai karena dia memiliki kandungan protein yang mendekati kedelai, disamping tingkat produktifitasnya yang tinggi. Tinggal memerlukan dukungan pemerintah dan lembaga penelitian untuk menghasilkan dan memilih spesies terbaiknya, meningkatkan produktifitasnya dan meng-antisipasi hama penyakitnya.

Ini juga menjadi peluang bagi swasta yang ingin menggarap secara serius potensi tanaman-tanaman dari jenis yang merambat untuk solusi kebutuhan pangan kita kedepan. Di peluang kerja situs inipun kami umumkan kebutuhan tenaga kerja dibidang biotechnology khususnya – antara lain dalam rangka menggarap tanaman-tanaman dari jenis yang merambat tersebut.

Gembili dan Koro Pedang barulah sebagian kecil tanaman penghasil pangan yang secara umum keberadaannya dikabarkan melalui ayat tersebut di atas, saya yakin banyak kasanah tanaman-tanaman merambat lain yang bisa tumbuh subur di negeri ini.

Bila sumber makanan itu berasal dari dua jenis tanaman seperti yang disebut dalam ayat di atas yaitu dari ‘yang merambat’ dan yang ‘tidak merambat’, berarti selama ini kita terlalu fokus pada jenis yang kedua yaitu yang ‘tidak merambat’ – seluruh makanan kita dari yang ‘tidak merambat’. Padi, jagung, kedelai, gandum dlsb. semua berasal dari jenis yang kedua yaitu jenis yang ‘tidak merambat’.

Kedepannya, dengan semakin berkurangnya lahan pertanian – peluang terbaik kita nampaknya memang di vertical farming – hanya saya cenderung tidak akan menggunakan istilah vertical farming, saya akan menggunakan istilah yang lebih orisinil dari firmannya yaitu ‘tanaman yang merambat’ !.

Bayangkan dengan potensi tanaman yang merambat ini, di celah-celah kebun-kebun yang sudah padat dengan tanaman lain-pun bisa tumbuh tanaman yang merambat seperti gembili tersebut di atas. Di teras dan halaman rumah-rumah perkotaan bisa tumbuh ke atas tanaman Koro Pedang sebagai sumber protein dan karbohidrat yang sangat memadai untuk menjamin strategi keamanan pangan kita dan anak cucu kita kedepan. InsyaAllah.