Selasa, 04 Juni 2013

Isra’ Mi’raj…

Pekan ini kita akan memperingati salah satu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam, yaitu Isra’ Mi’raj Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Peristiwa yang luar biasa – tetapi bisa dipahami dengan keimanan, dan baru juga kemudian bisa dipahami dengan ilmu pengetahuan. Melalui penelusuran sejarah para nabi, peristiwa Isra’ Mi’raj ini menjadi lebih mudah lagi dipahami !

Pada malam Isra’ Mi’raj diceritakan bahwa Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sempat menjadi imam di Masjidil Aqsha, siapa makmumnya ? Makmumnya adalah seluruh nabi dan rasul yang menurut sebagian riwayat menceritakan jumlahnya sampai 24,000 nabi dan 300 rasul sehingga Masjidil Aqsha penuh sesak oleh mereka.

Lho kok bisa ? bukankah para nabi dan rasul ini hidup pada dimensi waktu yang berbeda dengan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ?. Atas ijin Allah, pada malam itu dimensi waktu tidak berlaku bagi para nabi dan rasul ini. Lantas bagimana dengan dimensi ruang ? bukankah mereka hidup di tempat-tempat yang berbeda ?

Allah yang kuasa mengendalikan waktu, tentu juga kuasa mengendalikan ruang. Tetapi ada kemungkinan lain yaitu sangat bisa jadi para nabi ini suatu saat memang pernah berada di ruang yang sama selama masa hidupnya. Setidaknya kemungkinan ini saya pelajari dari buku Atlas of the Qur’an karya Dr. Shauqi Abu Khalil.

Dalam buku tersebut digambarkan lokasi-lokasi yang disebut di dalam Al-Qur’an, termasuk di dalamnya tempat kelahiran, perjalanan dan tempat meninggalnya para nabi. Ketika garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat para nabi tersebut saya ambil, terus saya taruh pada peta yang sama – maka hasilnya subhanallah, semuanya terpusat pada tempat yang sama – yaitu Palestina ! lihat gambar di bawah.



Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lahir di Mekkah dan Hijrah ke Madinah sampai meninggal dan dimakamkan di sana. Namun Allah memperjalankan beliau di malam Isra’ Mi’raj untuk mengunjungi Masjidil Aqsha di Palestina, dan disanalah beliau bertemu para nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya.

Nabi Adam ketika diturunkan oleh Allah dari Surga ke bumi, turunnya di India sedangkan istrinya (Hawa) turun di Jeddah – kemudian keduanya bertemu di Muzdalifah.  Diceritakan dalam hadits At Thabrani kemudian bahwa Adam melakukan perjalanan ke Mekkah dan kemudian ke Syam – Masjidil Aqsha/Palestina adalah di negeri Syam ini.

Nabi Ibrahim menempuh jalan melingkar ketika pergi dari Iraq ke Mekkah melalui Palestina, demikian pula rute baliknya.

Nabi Sulaiman pernah melakukan perjalanan melalui lembah semut, dimana dia bisa mendengarkan seruan seekor semut terhadap kaum semut-nya agar menyingkir (QS 27:18). Lembah semut ini berada di dekat daerah yang disebut Asqalan – yang kini merupakan bagian wilayah Gaza (Palestina) yang menjadi benteng pertahanan paling depan dalam menghadapi musuh utama umat Islam yaitu Zionis Yahudi – yang kota terdekatnya (Ashdod) hanya berjarak 1- 2 km dari Asqalan ini.

Demikian pula nabi-nabi lain, dalam sejarah hidup dan perjalanannya selalu bisa dikaitkan dengan Palestina. Maka tidak mengherankan bila wilayah ini menjadi wilayah yang diberkahi (QS 17 :1).

Bila Allah menurunkan para nabiNya ditempat ini, atau memperjalankan nabiNya ketempat ini – pastilah tempat ini adalah tempat yang amat sangat penting. Sayangnya tempat ini (Palestina) kini sebagian besarnya dikuasai oleh Zionis Yahudi  dan di sebagian lainnya (Suriah) saudara-saudara kita harus berjuang keras untuk bisa mempertahankan aqidahnya.

Tidak-kah kita ingin berbuat untuk negeri yang diberkahi, negerinya para nabi ini dengan cara yang juga sudah ditunjukkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits-nya ?

 Awal perkara ini adalah kenabian dan rahmat, kemudian menjadi kekhalifahan dan rahmat, lalu menjadi kerajaan dan rahmat, kemudian menjadi tanda dan rahmat, dan setelah itu mereka menggigit bibir hingga membekas sebagaimana keledai bertakadum (zaman belenggu), oleh karena itu hendaklah kalian berjihad, dan sebaik-baik jihad kalian adalah pertalian (persaudaraan) dan sebaik-baik persaudaraan kalian adalah menyatukan negeri Asqalan” (HR. Ath-Tabrani)

Maka bila Anda ingin memberi arti lebih pada peringatan Isra’ Mi’raj kali ini, Anda bisa bergabung dengan kami dalam gerakan Sahabat Al-Aqsha, silahkan kunjungi situs yang dipersiapkan khusus untuk ini yaitu http://sahabatalaqsha.com/

Mencari Berkah Yang Hilang…

Berkah itu kini seperti sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sangat penting yang hilang dari negeri, sehingga negeri yang seharusnya makmur dengan sumber daya melimpah – tetapi gagal memakmurkan rakyatnya. Hilang dari keluarga, sehingga anak-anak tidak tumbuh seperti harapan orang tuanya. Hilang dari perusahaan, sehingga perusahaan tidak pernah puas dengan karyawannya dan karyawan-pun tidak puas dengan perusahaannya. Lantas berkah yang hilang ini, dimana mencarinya ?

Menyikapi masalah-masalah tersebut, belum lama ini saya mengaji bersama teman-teman lama, eksekutif dan mantan eksekutif perusahaan-perusahaan besar di Jakarta. Tema pengajian ini adalah “Mencari Berkah Yang Hilang…” . Karena peserta pengajian yang unik – maka saya yang menjadi fasilitator, menawarkan pendekatan yang unik pula. Saya berusaha mempertemukan ilmu para ustadz, dengan pendekatan problem solving yang biasa ditempuh oleh teman-teman eksekutif tersebut.

Jadi pengajian ini lebih mirip acara brainstorming, dengan whiteboard – lengkap dengan gadget-nya masing-masing dan dengan post-it berwarna-warni yang siap ditempel di papan tulis putih tersebut. Maka dengan peralatan a la orang kantoran ini pengajian-pun dimulai.

Pertama yang kami lakukan adalah mendefiniskan masalah yang dihadapi oleh para peserta pengajian. Intinya para eksekutif tersebut merasa belum hidup dengan keberkahan di keluarganya apalagi di perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya.

Mereka adalah orang-orang yang berkecukupan, tetapi banyak yang tidak merasa bahagia di rumahnya. Sebagian bahkan merasa kecukupan yang dimilikinya tidak membuat anak-anak mereka tumbuh seperti yang diharapkannya. Di perusahaan-pun mereka tidak pernah merasa puas, prestasi demi prestasi diukirnya tetapi mereka seperti hidup mengejar fatamorgana.

Lebih sulit lagi adalah para eksekutif ini merasa tidak mampu memuaskan tuntutan para karyawannya. Perusahaan-perusahaannya sudah memberikan yang maksimal tetapi tetap saja karyawan tidak puas.

Lantas apa masalah yang sesungguhnya mereka hadapi ?, dalam bahasa ustadz yang hadir – itulah masalah berkah, yaitu berkah yang hilang dari keluarga, dari perusahaan, dan juga sangat bisa jadi hilang pula dari negeri ini.

Tetapi apakah berkah itu sesungguhnya ?, ustadz menjelaskan makna kata berkah ini dari tiga ayat di dua surat berikut.

Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS 44 : 2-3)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.” (QS 97:1).

Tiga ayat dalam dua surat tersebut mudah dimengerti untuk menjelaskan makna kata berkah karena disitu digunakan istilah “…malam yang diberkahi…” sama dengan istilah “malam lailatul qadr”. Sedangkan kita tahu dari kecil bahwa “malam lailatul qadr” adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jadi malam yang diberkahi adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Dengan kata lain sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang secara matematis lebih baik dari sesuatu sejenis x 30 x 1000. Mungkin sulit membayangkannya tetapi ringkasnya sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang mengandung kebaikan yang sangat banyak !.

Jadi kalau berkah itu hilang dari keluarga, perusahaan atau negeri – maka keluarga, perusahaan ataupun negeri tersebut kehilangan suatu kebaikan yang sangat banyak !. Lantas dimana mencari keberkahan atau kebaikan yang sangat banyak ini ?, maka dari sinilah acara ‘brainstorming’ dimulai.

Pertama karena Al-Qur’an adalah jawaban atau penjelasan untuk segala hal (QS 16:89), maka kami mencari ‘berkah yang hilang’ inipun tidak perlu jauh-jauh – semuanya insyaAllah terjawab dalam Al-Qur’an.

Dari sini pengajian tersebut mulai menarik para eksekutif. Dengan gadget-nya masing-masing mereka diminta mencari segala sesuatu yang mengandung pengertian ‘berkah’ di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Yang menemukannya kemudian diminta menuliskannya di atas post-it dan menempelkannya di whiteboard yang tersedia.

Dengan software Al-Qur’an, dengan internet dan dengan berbagi gadget yang dimiliki para eksekutif tersebut – hanya perlu waktu kurang dari satu jam – whiteboard sudah penuh dengan post-it yang berwarna-warni. Yang sama digabungkan di satu warna dan dikumpulkan di whiteboard berikutnya. Hasilnya kurang lebih seperti pada ilustrasi berikut :


Berkah Ada Di Mana ?

Dari temuan-temuan tersebut kemudian didiskusikan satu-persatu, makna kata ‘berkah’ dalam masing-masing ayat dan bagaimana kita bisa ikut mengambil pelajaran dari ‘keberkahan’ tersebut.

Pertama ‘berkah’ yang terkait dengan waktu tertentu – yaitu suatu malam di bulan Ramadhan yang disebut malam Lailtul Qadr. Keberkahannya bisa diambil dengan banyak-banyak beribadah pada malam tersebut.

Kedua adalah ‘berkah’ yang terkait dengan tempat atau kota yaitu Mekkah. Maka keberkahannya bisa kita ambil pada saat kita pergi berhaji atau umrah.

Ketiga adalah ‘berkah’ yang terkait dengan sumber daya alam tertentu yaitu air. Air adalah sumber segala kehidupan, maka keberkahannya bisa kita ambil untuk memenuhi segala kebutuhan hidup kita, ternak kita dan tanaman-tanaman kita.

Keempat adalah ‘berkah’ yang terkait dengan kitab tertentu yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sumber segala sumber ilmu, petunjuk, penjelasan dan jawaban atas segala hal. Maka keberkahannya bisa kita ambil manakala kita baca, pahami, amalkan dan bahkan juga kita ajarkan.

Kelima adalah ‘berkah’ yang terkait pohon tertentu yaitu zaitun. Sangat banyak ahli dari berbagai bidang yang mengkaji zaitun ini, sebagai bahan bakar, makanan maupun obat. Keberkahannya akan bisa kita rasakan langsung, manakala kita bisa menanamnya dan memanfaatkan buahnya untuk berbagai kebutuhan tersebut.

Keenam adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri tertentu – yaitu negeri-negeri di sekitar Al-Aqsha atau secara umum disebut negeri Syam. Keberkahan negeri ini karena sebagian besar nabi-nabi dilahirkan di negeri ini dan buminya-pun diberkahi. Kita bisa ikut merasakan keberkahannya manakala kita bantu saudara-saudara se-iman kita yang lagi berjuang mengambil kembali negeri-negeri muslim yang kini terjajah dan terbelah dari negeri syam tersebut.

Ketujuh adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri-negeri secara umum. Ini yang paling menarik, karena kalau enam jenis keberkahan sebelumnya bersifat given – diluar kemampuan kita untuk mengupayakannya. Bentuk keberkahan yang ketujuh bersifat conditional atau bersyarat, bila kita bisa penuhi syaratnya – maka kitapun bisa memperoleh keberkahan yang ketujuh ini.

Maksudnya adalah begini : Malam yang penuh berkah itu ya hanya suatu malam di bulan Ramadhan yaitu malam Lailtul Qadr, kita semua tidak bisa mengubah atau memindahkan keberkahan malam Lailatul Qadr itu ke malam yang lain – misalnya malam tahun baru. Seheboh apapun malam tahun baru tidak akan mendatangkan keberkahan sebagaimana malam Lailtul Qadr.

Demikian pula dengan keberkahan kota Mekkah, kita tidak bisa membuat kota lain se-berkah kota Mekkah. Kita tidak bisa membuat benda lain seberkah Air untuk kehidupan seisi bumi. Kita tidak bisa membuat satu kata-pun yang bisa menandingi keberkahan ayat-ayat Al-Qur’an. Kita tidak bisa menanam sawit misalnya untuk menggantikan keberkahan pohon zaitun meskipun keduanya sama-sama menghasilkan minyak. Semakmur apapun negeri-negeri lain, tidak bisa menggantikan keberkahan negeri Syam.

Tetapi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Adil, juga memberi kesempatan bagi kita untuk dapat memperoleh keberkahanNya  secara tersendiri. Meskipun bukan Mekkah dan bukan pula negeri Syam, negeri inipun bisa menjadi negeri yang dibukakan berkah dari langit dan dari bumi – asal kita memenuhi syarat yang diberikanNya yaitu penduduknya beriman dan bertakwa.

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7 :96)

Dengan analogi yang sama, maka insyaAllah kita-pun bisa menghadirkan keberkahan di perusahaan kita, instansi kita dan tentu juga keluarga kita – bila memenuhi syarat yang sama yaitu individu-individu didalamnya beriman dan bertakwa.

Maka dengan ini berkah - sesuatu yang selama ini hilang tersebut – bisa kita temukan kembali yaitu dia hadir bersama iman dan takwa. Dimana ada iman dan takwa, insyaAllah di situ ada berkah. Maka insyaallah pengajian eksekutif berikutnya mencari iman dan takwa ini…InsyaAllah !

Mencari Berkah Yang Hilang…

Berkah itu kini seperti sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sangat penting yang hilang dari negeri, sehingga negeri yang seharusnya makmur dengan sumber daya melimpah – tetapi gagal memakmurkan rakyatnya. Hilang dari keluarga, sehingga anak-anak tidak tumbuh seperti harapan orang tuanya. Hilang dari perusahaan, sehingga perusahaan tidak pernah puas dengan karyawannya dan karyawan-pun tidak puas dengan perusahaannya. Lantas berkah yang hilang ini, dimana mencarinya ?

Menyikapi masalah-masalah tersebut, belum lama ini saya mengaji bersama teman-teman lama, eksekutif dan mantan eksekutif perusahaan-perusahaan besar di Jakarta. Tema pengajian ini adalah “Mencari Berkah Yang Hilang…” . Karena peserta pengajian yang unik – maka saya yang menjadi fasilitator, menawarkan pendekatan yang unik pula. Saya berusaha mempertemukan ilmu para ustadz, dengan pendekatan problem solving yang biasa ditempuh oleh teman-teman eksekutif tersebut.

Jadi pengajian ini lebih mirip acara brainstorming, dengan whiteboard – lengkap dengan gadget-nya masing-masing dan dengan post-it berwarna-warni yang siap ditempel di papan tulis putih tersebut. Maka dengan peralatan a la orang kantoran ini pengajian-pun dimulai.

Pertama yang kami lakukan adalah mendefiniskan masalah yang dihadapi oleh para peserta pengajian. Intinya para eksekutif tersebut merasa belum hidup dengan keberkahan di keluarganya apalagi di perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya.

Mereka adalah orang-orang yang berkecukupan, tetapi banyak yang tidak merasa bahagia di rumahnya. Sebagian bahkan merasa kecukupan yang dimilikinya tidak membuat anak-anak mereka tumbuh seperti yang diharapkannya. Di perusahaan-pun mereka tidak pernah merasa puas, prestasi demi prestasi diukirnya tetapi mereka seperti hidup mengejar fatamorgana.

Lebih sulit lagi adalah para eksekutif ini merasa tidak mampu memuaskan tuntutan para karyawannya. Perusahaan-perusahaannya sudah memberikan yang maksimal tetapi tetap saja karyawan tidak puas.

Lantas apa masalah yang sesungguhnya mereka hadapi ?, dalam bahasa ustadz yang hadir – itulah masalah berkah, yaitu berkah yang hilang dari keluarga, dari perusahaan, dan juga sangat bisa jadi hilang pula dari negeri ini.

Tetapi apakah berkah itu sesungguhnya ?, ustadz menjelaskan makna kata berkah ini dari tiga ayat di dua surat berikut.

Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS 44 : 2-3)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.” (QS 97:1).

Tiga ayat dalam dua surat tersebut mudah dimengerti untuk menjelaskan makna kata berkah karena disitu digunakan istilah “…malam yang diberkahi…” sama dengan istilah “malam lailatul qadr”. Sedangkan kita tahu dari kecil bahwa “malam lailatul qadr” adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jadi malam yang diberkahi adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Dengan kata lain sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang secara matematis lebih baik dari sesuatu sejenis x 30 x 1000. Mungkin sulit membayangkannya tetapi ringkasnya sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang mengandung kebaikan yang sangat banyak !.

Jadi kalau berkah itu hilang dari keluarga, perusahaan atau negeri – maka keluarga, perusahaan ataupun negeri tersebut kehilangan suatu kebaikan yang sangat banyak !. Lantas dimana mencari keberkahan atau kebaikan yang sangat banyak ini ?, maka dari sinilah acara ‘brainstorming’ dimulai.

Pertama karena Al-Qur’an adalah jawaban atau penjelasan untuk segala hal (QS 16:89), maka kami mencari ‘berkah yang hilang’ inipun tidak perlu jauh-jauh – semuanya insyaAllah terjawab dalam Al-Qur’an.

Dari sini pengajian tersebut mulai menarik para eksekutif. Dengan gadget-nya masing-masing mereka diminta mencari segala sesuatu yang mengandung pengertian ‘berkah’ di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Yang menemukannya kemudian diminta menuliskannya di atas post-it dan menempelkannya di whiteboard yang tersedia.

Dengan software Al-Qur’an, dengan internet dan dengan berbagi gadget yang dimiliki para eksekutif tersebut – hanya perlu waktu kurang dari satu jam – whiteboard sudah penuh dengan post-it yang berwarna-warni. Yang sama digabungkan di satu warna dan dikumpulkan di whiteboard berikutnya. Hasilnya kurang lebih seperti pada ilustrasi berikut :


Berkah Ada Di Mana ?

Dari temuan-temuan tersebut kemudian didiskusikan satu-persatu, makna kata ‘berkah’ dalam masing-masing ayat dan bagaimana kita bisa ikut mengambil pelajaran dari ‘keberkahan’ tersebut.

Pertama ‘berkah’ yang terkait dengan waktu tertentu – yaitu suatu malam di bulan Ramadhan yang disebut malam Lailtul Qadr. Keberkahannya bisa diambil dengan banyak-banyak beribadah pada malam tersebut.

Kedua adalah ‘berkah’ yang terkait dengan tempat atau kota yaitu Mekkah. Maka keberkahannya bisa kita ambil pada saat kita pergi berhaji atau umrah.

Ketiga adalah ‘berkah’ yang terkait dengan sumber daya alam tertentu yaitu air. Air adalah sumber segala kehidupan, maka keberkahannya bisa kita ambil untuk memenuhi segala kebutuhan hidup kita, ternak kita dan tanaman-tanaman kita.

Keempat adalah ‘berkah’ yang terkait dengan kitab tertentu yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sumber segala sumber ilmu, petunjuk, penjelasan dan jawaban atas segala hal. Maka keberkahannya bisa kita ambil manakala kita baca, pahami, amalkan dan bahkan juga kita ajarkan.

Kelima adalah ‘berkah’ yang terkait pohon tertentu yaitu zaitun. Sangat banyak ahli dari berbagai bidang yang mengkaji zaitun ini, sebagai bahan bakar, makanan maupun obat. Keberkahannya akan bisa kita rasakan langsung, manakala kita bisa menanamnya dan memanfaatkan buahnya untuk berbagai kebutuhan tersebut.

Keenam adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri tertentu – yaitu negeri-negeri di sekitar Al-Aqsha atau secara umum disebut negeri Syam. Keberkahan negeri ini karena sebagian besar nabi-nabi dilahirkan di negeri ini dan buminya-pun diberkahi. Kita bisa ikut merasakan keberkahannya manakala kita bantu saudara-saudara se-iman kita yang lagi berjuang mengambil kembali negeri-negeri muslim yang kini terjajah dan terbelah dari negeri syam tersebut.

Ketujuh adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri-negeri secara umum. Ini yang paling menarik, karena kalau enam jenis keberkahan sebelumnya bersifat given – diluar kemampuan kita untuk mengupayakannya. Bentuk keberkahan yang ketujuh bersifat conditional atau bersyarat, bila kita bisa penuhi syaratnya – maka kitapun bisa memperoleh keberkahan yang ketujuh ini.

Maksudnya adalah begini : Malam yang penuh berkah itu ya hanya suatu malam di bulan Ramadhan yaitu malam Lailtul Qadr, kita semua tidak bisa mengubah atau memindahkan keberkahan malam Lailatul Qadr itu ke malam yang lain – misalnya malam tahun baru. Seheboh apapun malam tahun baru tidak akan mendatangkan keberkahan sebagaimana malam Lailtul Qadr.

Demikian pula dengan keberkahan kota Mekkah, kita tidak bisa membuat kota lain se-berkah kota Mekkah. Kita tidak bisa membuat benda lain seberkah Air untuk kehidupan seisi bumi. Kita tidak bisa membuat satu kata-pun yang bisa menandingi keberkahan ayat-ayat Al-Qur’an. Kita tidak bisa menanam sawit misalnya untuk menggantikan keberkahan pohon zaitun meskipun keduanya sama-sama menghasilkan minyak. Semakmur apapun negeri-negeri lain, tidak bisa menggantikan keberkahan negeri Syam.

Tetapi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Adil, juga memberi kesempatan bagi kita untuk dapat memperoleh keberkahanNya  secara tersendiri. Meskipun bukan Mekkah dan bukan pula negeri Syam, negeri inipun bisa menjadi negeri yang dibukakan berkah dari langit dan dari bumi – asal kita memenuhi syarat yang diberikanNya yaitu penduduknya beriman dan bertakwa.

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7 :96)

Dengan analogi yang sama, maka insyaAllah kita-pun bisa menghadirkan keberkahan di perusahaan kita, instansi kita dan tentu juga keluarga kita – bila memenuhi syarat yang sama yaitu individu-individu didalamnya beriman dan bertakwa.

Maka dengan ini berkah - sesuatu yang selama ini hilang tersebut – bisa kita temukan kembali yaitu dia hadir bersama iman dan takwa. Dimana ada iman dan takwa, insyaAllah di situ ada berkah. Maka insyaallah pengajian eksekutif berikutnya mencari iman dan takwa ini…InsyaAllah !

Rabu, 22 Mei 2013

Saya ‘Bermimpi Lagi’ Pak Kyai Di Sidang Kabinet…

Waktu krisis kedelai melanda negeri ini hampir sepuluh bulan lalu, saya ‘Bermimpi’  Pak Kyai diundang hadir di sidang kabinet untuk ikut mengatasinya. Maka ketika hari ini harian Kompas (21/05/13) mengangkat sebagai berita utamanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin lebar di era reformasi yang sudah berjalan 15 tahun terakhir, saya kembali ‘bermimpi’ Pak Kyai diundang di sidang kabinet untuk membantu menyelesaikan masalah bangsa ini. Mengapa perlu Pak Kyai ?

Sidang kabinet kali ini fokusnya membahas laporan harian Kompas yang mengungkap pembengkakan gap antara si kaya dan si miskin yang diukur dengan index Gini.  Sebelum reformasi, index Gini itu berada pada angka 0.35, dan memasuki tahun ke 15 reformasi index Gini malah menjadi 0.41 (semakin besar – semakin lebar jurang si kaya dan si miskin itu).

Meningkatnya ketimpangan ini juga ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran, sebelum era reformasi (1997) pengangguran itu 4.18 juta jiwa (4.68%) sedangkan 15 tahun era reformasi pengangguran malah menjadi 7.17 juta jiwa (5.92%).

Peningkatan pengangguran ini juga tidak terlepas dari meningkatnya ketergantungan kita pada produk-produk industri dan pertanian impor. Ini tercermin dari menurunnya kontribusi sektor industri kita yang turun dari 26.79 % (1997) menjadi tinggal 23.94% (2012). Demikian pula kontribusi sektor pertanian yang mengalami penurunan dari 16.09 % (2007) ke angka 14.44% (2012).

Maka dalam ‘mimpi’ saya kali ini setelah Pak Presiden mempersilahkan masing-masing menteri yang terkait menanggapi laporan Kompas tersebut, Pak Presiden berucap begini :

Terima kasih tanggapan saudara-saudara para menteri yang terkait, saya yakin apa yang saudara telah sampaikan masing-masing didukung dengan data yang valid dan juga dengan argumentasi yang professional”. Kemudian beliau melanjutkan : “Namun realitanya bahwa pengangguran itu meningkat, kontribusi sektor produksi industri dan pertanian pada ekonomi keseluruhan menurun. Lantas bagaimana saudara-saudara bisa men-justify realita ini dengan data dan argumen saudara ?”.

Karena semua menteri pada diam, Pak Presiden kemudian berbicara lagi : “Dalam situasi seperti ini, kita butuh pemikiran yang out of the box. Pemikiran yang segar diluar data dan argumen yang biasa kita diskusikan di sidang seperti ini. Maka sama dengan yang kita tempuh 10 bulan lalu ketika menghadapi krisis kedelai, kali inipun saya mengundang Pak Kyai untuk hadir di sidang ini. Kita dengarkan pendapat beliau untuk masalah yang kita hadapi kali ini”. Kemudian Pak Presiden mempersilahkan Pak Kyai untuk menyampaikan pendapatnya.

Setelah menyampaikan syukur dan salam sebagai muqodimahnya, Pak Kyai-pun berucap : “Mohon maaf Bapak Presiden dan para menteri, setelah mendengarkan segala permasalahan yang didiskusikan tadi yang disertai data dan argumen para menteri – saya melihat secara bodon (cara orang bodoh memahami masalah), ada hal yang terlewat dari potensi besar ekonomi kita - yang terlupakan”. Mendengar perkataan Pak Kyai ini, para menteri mengkerutkan dahi dan Pak Presiden mendekat mejanya untuk meraih microphone kemudian bicara : “ maksud Pak Kyai Apa potensi besar ekonomi yang terlewatkan itu  ?

Pak Kyai tahu banyak menteri yang kurang berkenan dengan pembukaannya, kemudian menjelaskan : “Sekali lagi mohon maaf sekali Bapak Presiden dan para menteri, saya sekedar urun rembug dari kaca mata orang bodoh seperti saya…”. Dia melanjutkan : “selama ini saya yakin bapak-bapak sudah bekerja jungkir balik siang dan malam untuk bangsa dan negeri ini, tetapi bila realitanya yang terungkap sebaliknya seperti data yang tersaji tadi – berarti ada yang salah dalam pola kerja kita.”

Kita berusaha bersaing dengan negara-negara lain dalam bidang teknologi, jasa dan perdagangan – kita bersaing dengan kekuatan yang ada di mereka, maka tidak mengherankan kemenangan-pun ada di tangan mereka. Kita menjadi pengimpor produk-produk mereka”.  Pak Presiden kemudian memotong : “ Terus menurut Pak Kyai mestinya bagaimana ?

Pak Kyai segera menjelaskan : “Tidak ada salahnya mengembangkan kekuatan teknologi, jasa dan perdagangan. Namun yang menjadi ujung tombak persaingan kita haruslah yang kita memang memiliki keunggulan utamanya. Kita harus bersaing dengan kekuatan yang ada di kita…”. “Menurut Pak Kyai apa yang kekuatannya ada di kita itu ?” Sela pak Presiden.

Pak Kyai-pun menjawab : “Kita dikarunia lahan-lahan subur yang sangat luas di antara dua lautan. Matahari sepanjang tahun dan air hujan-pun rata-rata turun tidak kurang dari separuh tahun. Gunung berapi dan sungai-sungai sangat banyak, semuanya dapat mendatangkan keberkahan tersendiri bagi ekonomi kita”. Jadi, lanjut Pak Kyai : “Bidang yang kekuatannya ada di kita itu mestinya adalah kehutanan, kelautan dan pertanian pada umumnya !

Banyak menteri yang tentu saja meragukan pernyataan Pak Kyai ini, bahkan menteri-menteri yang terkait dengan kelautan, kehutanan dan pertanian pada umumnya-pun kurang PD (Percaya Diri) bila dianggap bidangnya yang seharusnya menjadi kekuatan itu.

Pak Kyai-pun sudah menduga dan menangkap keraguan itu. Maka dia melanjutkan penjelasannya : “Sekarang coba bapak-bapak bayangkan. Industri apa yang paling efisien itu semestinya ? dengan input yang sangat kecil tetapi memiliki output yang sangat besar bahkan cenderung tidak terhingga ?” Para menteri semakin tidak nyaman dengan teka-teki Pak Kyai ini, maka tidak ada seorang-pun menjawabnya.

Pak Kyai kemudian menjawabnya sendiri : “Industri yang paling efisien itu adalah kelautan, kehutanan dan pertanian. Kalau di industri software misalnya, programmer harus membuat program dari A sampai Z, harus diselesaikannya sendiri dan tidak boleh ada yang salah sedikit-pun. Di industri otomotif pabrikan harus menyediakan seluruh komponen dan kemudian teknisi harus merakitnya secara sempurna sebelum produk bisa dijual. Di industri kreatif, seorang artis harus menyelesaikan karyanya sendiri dari A sampai Z pula agar karyanya bernilai tinggi”.

Pak Kyai menarik nafas sambil melihat ke menteri-menteri yang terkait “Tetapi tidak dengan industri kelautan, kehutanan dan pertanian pada umumnya !. Di laut Anda tidak perlu tenaga kerja untuk menumbuhkan ikan-ikan yang kecil menjadi besar. Di hutan tidak butuh tenaga kerja untuk menumbuhkan bibit-bibit menjadi pohon-pohon besar. Di Pertanian Anda hanya perlu menaruh bibit, maka Allah-lah yang menumbuhkan dan membesarkannya dengan hasil berlipat-lipat”.

Para menteri-pun berebut meng-interupsi Pak Kyai. Salah satunya kemudian berbicara : “Tidak sepenuhnya benar Pak Kyai, Petani tidak bisa hanya menaruh benih kemudian tumbuh sendiri. Petani harus memupuknya dengan mahal, menyemprotnya dengan penyemprot hama yang mahal dlsb. walhasil pak tani-pun tidak memperoleh nilai tambah yang berlipat-lipat seperti kata Pak Kyai”.

Dengan wawasannya yang luas dan pribadinya yang tenang, Pak Kyai-pun menjawab interupsi Pak Menteri ini : “Disitulah masalahnya Pak Menteri, selama ini kita ini merusak bumi bukan memakmurkannya. Laut dicemari dan diambil ikannya- bahkan oleh orang lain- tanpa aturan sehingga sumber-sumber kekayaan laut itu terkuras sebelum bisa dinikmati. Hutan-hutan ditebang diganti tanaman monoculture hanya untuk kepentingan segelintir orang. Para petani dibiarkan mencari solusinya sendiri-sendiri dalam hal upayanya untuk meningkatkan hasil dan mencegah hama, mereka mengira pupuk-pupuk kimia, insektisida dan sejenisnya sebagi solusi – padahal dengan ini semua mereka merusak alam bukan memperbaikinya. Mereka bertani dengan cara yang mahal dengan hasil yang tidak seberapa”.

Bapak Presiden-pun berusaha menengahi argumen antara salah seorang menteri dengan Pak Kyai ini. Beliau kemudian menyampaikan : “kalau begitu solusi konkritnya bagaimana Pak Kyai”.

Pak Kyai menjelaskan: “Jiwanya harus memakmurkan bumi untuk sekarang dan masa depan yang jauh, bumi tidak boleh dirusak. Maka apa saja yang dimasukkan ke bumi sebagai pupuk atau yang disemprotkan diatasnya untuk mencegah hama harus berasal dari bumi itu sendiri – inilah yang dalam bahasa sekarang disebut organik, bukan bahan-bahan kimia olahan manusia yang memiliki dampak merusak dalam jangka panjang.”

Salah seorang menteri tetap penasaran dan menginterupsi lagi : “Organik itu selain mahal, hasilnya juga tidak seberapa. Kita tidak bisa mengandalkan produksi hasil pertanian kita pada yang organik. Pertanian organik ini – ideal, indah untuk diucapkan, tetapi sulit untk direalisasikan”.

Pak Kyai-pun menjelaskan : “Itulah bedanya Anda dengan saya Pak Menteri, Anda punya team ilmuwan dan birokrat yang yakin dengan ilmu dan pengalamannya. Maka ilmu dan pengalaman Anda atau team Anda yang membatasi keputusan yang Anda ambil. Dan kita tahu sudah hasilnya seperti data-data yang tersaji pada awal sidang ini”.

Lanjutnya : “Sedangkan saya, diundang Pak Presiden untuk hadir untuk memberi wawasan yang lain. Bukan Ilmu saya – karena saya orang bodoh, juga bukan ilmu dan pengalaman para santri saya – karena mereka anak-anak yang belum berpengalaman. Tetapi kami yakin dan terus berusahan meningkatkan keyakinan kami bahwa PetunjukNya itu jelas, komplit dan meliputi segala sesuatu.”

Pak Kyai kemudian membacakan beberapa ayat Al-Qur’an di antaranya Surat Al-Baqarah 185 dan An-Nahl 89, kemudian dia melanjutkan : “Begitu detilnya petunjuk itu, sehingga selalu saja ada ayat yang pas untuk di-taddabur-i bila Anda petani pada setiap tahap penanaman tanaman Anda misalnya.”

Pada saat Anda menebar benih, baca dan dalami ayat “Innallaha faaliqul habbi wannawaa – sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhanan dan biji buah-buahan” (QS 6:95). Ketika tanaman mulai tumbuh baca dan dalami ayat : “Afaraaitum maa tahrutsuun, aantum tajraauunahuu am nahnuzzaari’un - Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” (QS 56 : 63-64).

Ketika melihat kebun sudah berhasil baik, maka baca dan dalami ayat : “…Masya Allah, La Quwwata Illaa Billah…” (QS 18 : 39). Ketika kebun gagal panen-pun baca dan dalami ayat : “…Subhaana Rabbinaa Innaa Kunnaa dhaalimiin” (QS 68:29)”. “Ketika hujan tidak turun-turun sehingga Anda tidak bisa bercocok tanam, beristigfarlah …(QS 70 :10-11)

Akhirnya Pak Kyai menutup : “Intinya Bapak Presiden dan bapak-bapak para menteri, solusi itu hanya datang dari Allah, maka marilah kita hadirkan Allah dalam setiap urusan kita. Ketika kita menanam, ketika kita berhasil maupun kita gagal, ketika kita membangun ekonomi, membangun negara – dalam suka dan dukanya – kita tetap harus berusaha menghadirkanNya”.

Pak Presiden dan para menteri mengangguk, sambil tak lupa beliau berterima kasih ke Pak Kyai dan minta kesediaannya untuk bersedia hadir lagi bila negara membutuhkannya. Sampai disini saya terbangun dari ‘mimpi’ ini…

Solusi Dengan Berbagi…

Beberapa bulan lalu saya menawarkan solusi untuk mengatasi dua masalah terbesar Jakarta yaitu banjir dan kemacetan. Solusi dengan konsep ta’awun atau tolong menolong itu salah satunya bener-bener mulai kita tindak lanjuti dengan serius. Project berbasis teknologi mobile untuk berbagi telah kami kembangkan dan kini siap di uji-coba-kan. Teknologinya sendiri mungkin sederhana, tetapi bila dengan perantaraan teknologi ini masyarakat Jakarta menjadi gemar berbagi – maka itulah solusi yang sesungguhnya bagi problem-problem yang selama ini belum teratasi.

Bayangkan sekarang situasinya. Anda sekarang pergi dan pulang kerja searah dengan ribuan orang lainnya – yang sangat bisa jadi sebagiannya searah dengan Anda, tetangga Anda, sekantor dengan Anda, segedung dengan Anda, dlsb.dlsb. Dari Cibubur misalnya, ada puluhan ribu kendaraan menuju Jakarta setiap pagi dan sejumlah kendaraan yang sama sore harinya pulang balik dari Jakarta.

Demikian pula dari Bogor, Bekasi, Tangerang, Serpong, Banten dlsb. Masing-masing membayar bensinnya sendiri, bahkan masing-masing sebagiannya disubsidi oleh pemerintah. Pendek kata gara-gara kita menggunakan kendaraan sendiri-sendiri inilah segala problem itu muncul. Mulai dari biaya hidup yang mahal, kemacetan, subsidi pemerintah yang tidak terbendung, polusi udara yang semakin buruk dst.

Maka solusi dengan berbagi itu menjadi ideal. Satu solusi yang bisa mengatasi sejumlah masalah sekaligus, mulai dari biaya hidup sampai kemacetan , subsidi dan polusi. Tetapi dengan siapa kita akan berbagi ?, disitulah masalahnya. Berbagi hanya dengan satu atau dua orang yang kita kenal – membuat jadwal kita tidak fleksibel dan harus bisa saling berkorban menyesuaikan. Berbagi dengan orang-orang yang tidak kenal bisa berbahaya dan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan.

Maka teknologi yang kami perkenalkan adalah kombinasi untuk berbagi perjalanan, dengan orang-orang yang pas searah dengan perjalanan Anda pada jam yang kurang lebih sama dan orang-orang yang bisa Anda kenali jati dirinya lebih dahulu. Untuk sementara aplikasi ini tersedia bagi Anda yang menggunakan samartphone Android dan Blackberry. Solusi lain dengan iPhone, mobile web dlsb. insyaAllah akan kami susulkan.

Cara kerja berbagi ini dapat Anda ikuti melalui skema dibawah :


Pertama Anda mencari orang yang searah perjalanan Anda dengan jam yang kurang lebih sama. Orang yang searah dengan perjalanan Anda ini bisa pengemudi (bila Anda hendak menumpang) atau penumpang ( bila Anda pengemudi). Setelah menemukannya, Anda bisa cek profile yang berangkutan. Bila Anda comfortable, maka Anda bisa membuat perjalanan yang searah dengan waktu yang relatif bersamaan. Anda bisa berkomunikasi dengan orang tersebut lewat aplikasi yang sama – dan mulailah Anda berbagi untuk satu perjalanan ini. Setelah sekali menggunakannya, insyaAllah Anda akan familiar dengan system berbagi yang kami sebut O-JEX Ride Sharing ini.

Berbagi ini bisa saling menggratiskan atau dengan saling berkontribusi dengan biaya tertentu. Well, mungkin Anda sungkan untuk menarik ongkos bagi orang yang menumpang mobil Anda. Ndak masalah, kami sediakan fitur premium, dimana penumpang bisa berkontribusi dengan poin untuk meringankan beban perjalanan Anda. Fitur premium ini bekerja berdasarkan prosedur seperti pada ilustrasi di samping.

Penjelasan detil cara penggunaan, cara menjadi pengguna premium dlsb. dapat Anda ituti melalui menu di system Anda (standar menu Blackberry dan Android). Di system pengaturan radius berbagi bahkan Anda bisa mendeteksi hanya orang-orang yang disekitar Anda (gedung yang sama, komplek perumahan yang sama) atau dari radius yang lebih luas – misalnya dengan orang se-Cibubur dengan radius maksimum 5 km misalnya.

Untuk radius di atas 5 km, misalnya Anda akan berbagi kendaraan pulang kampung dengan orang Jakarta yang mau bareng-bareng ke Jogja - maka inipun bisa dilakukan dengan menu search atau pencarian. Lebih detil lagi Anda dapat pelajari dari menu tur aplikasi dan tur premium – yang kami sertakan dalam aplikasi ini.


Tertarik untuk menjadi orang-orang pertama yang mau berbagi ?. Silahkan download aplikasinya dari link-link dibawah ini, masing-masing beserta petunjuk instalasinya. Bila Ada kesulitan insyaAllah team teknis kami yang akan memandu Anda.

Link untuk download aplikasi O-JEX :


Cara Instalasi :

Android
1. Download file installer melalu link diatas
2. Bila download telah selesai, buka aplikasi 'File Manager' lalu buka folder 'Download' dan cari file ridesharing.apk, pilih 'Instal'
3. Ikuti langkah instalasi

Blackberry
1. Download file installer melalu link diatas
2. Tunggu hingga hasil download selesai, lalu device akan meminta di-booting ulang (reboot), langsung reboot dan tunggu hingga device menyala lagi dan aplikasi siap digunakan

Bila Anda menemukan ada masalah dalam instalasi atau penggunaannya, silahkan hubungi team support kami Big Zaman 0899 873 1849 atau melalui email : big@badr-interactive.com

Awalnya bisa jadi Anda merasa agak repot untuk menggunakannya. Tetapi coba Anda bayangkan, dengan sedikit kerepotan ini Anda bisa ikut mengatasi masalah-masalah besar yang selama ini bahkan pemerintah-pun kesulitan mengatasinya. Yaitu masalah-masalah yang terkait dengan kemacetan dan subsidi bahan bakar. Sedangkan bagi Anda sendiri reward langsung bagi Anda adalah penghematan biaya perjalanan, reward tidak langsungnya adalah semoga Allah memudahkan urusan Anda di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya, selagi hamba itu menolong saudaranya.

Dengan belajar mengatasi kerepotan-kerepotan kecil seperti belajar menggunakan aplikasi semacam ini, mudah-mudahan kita terhindar dari kerepotan yang jauh lebih besar seperti status quo kemacetan, kemahalan biaya hidup dan subsidi bahan bakar yang hingga kini belum jelas solusinya. InsyaAllah.

Solusi Dengan Berbagi…

Beberapa bulan lalu saya menawarkan solusi untuk mengatasi dua masalah terbesar Jakarta yaitu banjir dan kemacetan. Solusi dengan konsep ta’awun atau tolong menolong itu salah satunya bener-bener mulai kita tindak lanjuti dengan serius. Project berbasis teknologi mobile untuk berbagi telah kami kembangkan dan kini siap di uji-coba-kan. Teknologinya sendiri mungkin sederhana, tetapi bila dengan perantaraan teknologi ini masyarakat Jakarta menjadi gemar berbagi – maka itulah solusi yang sesungguhnya bagi problem-problem yang selama ini belum teratasi.

Bayangkan sekarang situasinya. Anda sekarang pergi dan pulang kerja searah dengan ribuan orang lainnya – yang sangat bisa jadi sebagiannya searah dengan Anda, tetangga Anda, sekantor dengan Anda, segedung dengan Anda, dlsb.dlsb. Dari Cibubur misalnya, ada puluhan ribu kendaraan menuju Jakarta setiap pagi dan sejumlah kendaraan yang sama sore harinya pulang balik dari Jakarta.

Demikian pula dari Bogor, Bekasi, Tangerang, Serpong, Banten dlsb. Masing-masing membayar bensinnya sendiri, bahkan masing-masing sebagiannya disubsidi oleh pemerintah. Pendek kata gara-gara kita menggunakan kendaraan sendiri-sendiri inilah segala problem itu muncul. Mulai dari biaya hidup yang mahal, kemacetan, subsidi pemerintah yang tidak terbendung, polusi udara yang semakin buruk dst.

Maka solusi dengan berbagi itu menjadi ideal. Satu solusi yang bisa mengatasi sejumlah masalah sekaligus, mulai dari biaya hidup sampai kemacetan , subsidi dan polusi. Tetapi dengan siapa kita akan berbagi ?, disitulah masalahnya. Berbagi hanya dengan satu atau dua orang yang kita kenal – membuat jadwal kita tidak fleksibel dan harus bisa saling berkorban menyesuaikan. Berbagi dengan orang-orang yang tidak kenal bisa berbahaya dan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan.

Maka teknologi yang kami perkenalkan adalah kombinasi untuk berbagi perjalanan, dengan orang-orang yang pas searah dengan perjalanan Anda pada jam yang kurang lebih sama dan orang-orang yang bisa Anda kenali jati dirinya lebih dahulu. Untuk sementara aplikasi ini tersedia bagi Anda yang menggunakan samartphone Android dan Blackberry. Solusi lain dengan iPhone, mobile web dlsb. insyaAllah akan kami susulkan.

Cara kerja berbagi ini dapat Anda ikuti melalui skema dibawah :


Pertama Anda mencari orang yang searah perjalanan Anda dengan jam yang kurang lebih sama. Orang yang searah dengan perjalanan Anda ini bisa pengemudi (bila Anda hendak menumpang) atau penumpang ( bila Anda pengemudi). Setelah menemukannya, Anda bisa cek profile yang berangkutan. Bila Anda comfortable, maka Anda bisa membuat perjalanan yang searah dengan waktu yang relatif bersamaan. Anda bisa berkomunikasi dengan orang tersebut lewat aplikasi yang sama – dan mulailah Anda berbagi untuk satu perjalanan ini. Setelah sekali menggunakannya, insyaAllah Anda akan familiar dengan system berbagi yang kami sebut O-JEX Ride Sharing ini.

Berbagi ini bisa saling menggratiskan atau dengan saling berkontribusi dengan biaya tertentu. Well, mungkin Anda sungkan untuk menarik ongkos bagi orang yang menumpang mobil Anda. Ndak masalah, kami sediakan fitur premium, dimana penumpang bisa berkontribusi dengan poin untuk meringankan beban perjalanan Anda. Fitur premium ini bekerja berdasarkan prosedur seperti pada ilustrasi di samping.

Penjelasan detil cara penggunaan, cara menjadi pengguna premium dlsb. dapat Anda ituti melalui menu di system Anda (standar menu Blackberry dan Android). Di system pengaturan radius berbagi bahkan Anda bisa mendeteksi hanya orang-orang yang disekitar Anda (gedung yang sama, komplek perumahan yang sama) atau dari radius yang lebih luas – misalnya dengan orang se-Cibubur dengan radius maksimum 5 km misalnya.

Untuk radius di atas 5 km, misalnya Anda akan berbagi kendaraan pulang kampung dengan orang Jakarta yang mau bareng-bareng ke Jogja - maka inipun bisa dilakukan dengan menu search atau pencarian. Lebih detil lagi Anda dapat pelajari dari menu tur aplikasi dan tur premium – yang kami sertakan dalam aplikasi ini.


Tertarik untuk menjadi orang-orang pertama yang mau berbagi ?. Silahkan download aplikasinya dari link-link dibawah ini, masing-masing beserta petunjuk instalasinya. Bila Ada kesulitan insyaAllah team teknis kami yang akan memandu Anda.

Link untuk download aplikasi O-JEX :


Cara Instalasi :

Android
1. Download file installer melalu link diatas
2. Bila download telah selesai, buka aplikasi 'File Manager' lalu buka folder 'Download' dan cari file ridesharing.apk, pilih 'Instal'
3. Ikuti langkah instalasi

Blackberry
1. Download file installer melalu link diatas
2. Tunggu hingga hasil download selesai, lalu device akan meminta di-booting ulang (reboot), langsung reboot dan tunggu hingga device menyala lagi dan aplikasi siap digunakan

Bila Anda menemukan ada masalah dalam instalasi atau penggunaannya, silahkan hubungi team support kami Big Zaman 0899 873 1849 atau melalui email : big@badr-interactive.com

Awalnya bisa jadi Anda merasa agak repot untuk menggunakannya. Tetapi coba Anda bayangkan, dengan sedikit kerepotan ini Anda bisa ikut mengatasi masalah-masalah besar yang selama ini bahkan pemerintah-pun kesulitan mengatasinya. Yaitu masalah-masalah yang terkait dengan kemacetan dan subsidi bahan bakar. Sedangkan bagi Anda sendiri reward langsung bagi Anda adalah penghematan biaya perjalanan, reward tidak langsungnya adalah semoga Allah memudahkan urusan Anda di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya, selagi hamba itu menolong saudaranya.

Dengan belajar mengatasi kerepotan-kerepotan kecil seperti belajar menggunakan aplikasi semacam ini, mudah-mudahan kita terhindar dari kerepotan yang jauh lebih besar seperti status quo kemacetan, kemahalan biaya hidup dan subsidi bahan bakar yang hingga kini belum jelas solusinya. InsyaAllah.